Inspiration

Ketika Kebencian Itu Meleleh

Jack King adalah perwakilan ladang misi bagi Christian Men's Network. Kami bekerja, berdoa, berkeliling, dan melayani bersama-sama ke seluruh dunia. Ia masuk ke dalam pelayanan ini dengan suatu kesaksian yang sangat mengesankan.

"Pembunuhan Bergaya Hukuman Mati." Begitu kepala berita surat kabar ketika ayah Jack ditemukan tewas terbunuh dengan tembakan pistol di wajahnya. Selama bertahun-tahun Jack menenteng pistol, dan sebagian besar waktunya dihabiskan dengan menyusun rencana untuk menjatuhkan hukuman yang setimpal kepada orang yang telah membunuh ayahnya. Sebagai bekas sersan pelatih di angkatan bersenjata AS, sikapnya yang keras dan kasar kini berubah menjadi kebencian yang mendalam terhadap si pembunuh dan kehausan untuk membalas dendam. Lebih buruk lagi, ia merasa tahu siapa yang membunuh ayahnya - seorang rekan bisnis ayahnya.

Kemudian Jack bertobat dan Yesus Kristus mengubah kehidupannya, dan dengan segera melepaskannya dari kebencian yang mendalam itu. Namun, sekalipun ia sudah lahir baru, luka hati akibat kematian ayahnya itu masih menggores di hatinya. Dalam kebaktian gereja suatu malam, ia mendengar firman Allah, kalau ia tidak mengampuni, Allah juga tidak akan mengampuninya. Pada saat itu ia berdoa dan meminta Allah mengampuninya atas kebencian dan pembunuhan yang pernah direncanakannya. Ia percaya, Allah mendengar dan menjawab doanya, namun tidak siap sewaktu Allah langsung memberinya ujian.

Beberapa malam kemudian, istrinya memintanya pergi ke toko daging untuk membeli daging sapi. Ketika mobilnya menembus kegelapan, ia melihat keributan karena kebakaran di seberang jalan. Sewaktu Jack mendekat, ia mengenali tempat itu sebagai gudang tempat ia menemukan mayat ayahnya, yang sekarang dimiliki oleh pria yang diyakini Jack bertanggung jawab atas kematian itu.

Sambil menggumam,"Kena batunya kau," Jack terus pergi ke toko. Namun, ada "suara kecil" yang mengatakan, ia perlu menemui pria itu dan meminta ampun kepadanya. Ketika meninggalkan toko dan bersiap pulang, suara itu masih tetap berbicara dan dengan segera ia berbelok ke jalan dan bertekad mencari bekas musuhnya.

Keluar dari mobil di tempat ayahnya tewas, Jack berjalan menyususri gang yang gelap sampai mengamati keributan itu dan melihatlihat kalau ada rekan bisnis ayahnya itu. Dalam kilasan lampu-lampu mobil pemadam kebakaran, Jack melihat ada orang lain berdiri di kegelapan. Dengan pandangan tajam menembus kegelapan dan asap, Jack melihat, itulah dia orang yang dicarinya. Dengan mengumpulkan segenap kekuatan, Jack melangkah ke depan orang itu dan bertanya,"Anda kenal saya?"

"Rasanya saya kenal," jawab orang itu tercekat.

"Saya Jack King."

Meskipun gelap, Jack dapat melihat, orang itu pucat pasi ketakutan. Nantinya Jack mengetahui, kalau orang itu mengira ia yang menyulut kebakaran dan kini hendak menuntaskan pembalasannya.

"Allah telah mengubah kehidupan saya," kata Jack,"dan saya datang untuk meminta Anda mengampuni saya karena menuduh Anda membunuh ayah saya. Saya mau membereskan kesalahan-kesalahann yang saya lakukan sebelum bertobat. Salah satunya adalah meminta Anda mengampuni saya, karena saya telah membenci Anda dan mengejar-ngejar Anda selama beberapa tahun belakangan ini. Juga karena saya berusaha menghancurkan kehidupan Anda, keluarga Anda, dan karier Anda."

"Yah, baik---," jawab orang itu.

"Nah, saya ingin Anda mengampuni saya atas semua kejahatan yang telah saya lakukan pada Anda," desak Jack. "Ampunilah saya."

"Tidak apa-apa. Saya ampuni," kata orang itu cepat-cepat. Tampak jelas ia mau percakapan itu segera berakhir saja.

"Tidak," desak Jack dengan perkataan yang tegas. "Saya mau benar-benar diampuni, bukan sekedar dengan perkataan, namun juga dengan perbuatan. Saya tidak mau melukai Anda atau berniat buruk terhadap Anda. Saya ingin Anda tahu itu."

Lama keduanya terdiam. Akhirnya, orang itu mendesah dalam-dalam dan memastikan, bahwa ia mengampuni Jack. Jack memegang tangannya dan mereka berjabatan.

Dengan lenyapnya kecanggungan di antara mereka, Jack menghabiskan waktu setengah jam selanjutnya untuk bersaksi pada bekas musuhnya itu, bagaimana Kristus telah mengubah kehidupannya dan betapa berartinya itu bagi keluarganya. Percakapan itu diakhirnya dengan Jack membimbing orang itu mengucapkan doa keselamatan. Jack dengan serta  merta merangkul pria itu dan keduanya bertangis-tangisan seiring dengan melelehnya segala sakit hati, kebencian dan ketakutan yang bertahun-tahun mneghantui mereka.

Pulang ke rumah, air mata Jack nyaris mengganggu perjalanannya. Perjumpaan yang penuh emosi itu mendatangkan kelepasan yang luar biasa. Jack bersuka cita menyadari dirinya telah  bertindak sebagai "pria sejati". Sampai saat ini, Jack King berubah menjadi pria yang baru. Setelah masa-masa yang keras bersama tim football sewaktu ia masih muda, di angkatan bersenjata, dan dalam kariernya, Jack belajar, bahwa mempertanggungjawabkan perbuatannya dan mengganti kerugian yang dilakukannya memberinya kesadaran akan jati diri seorang pria yang tidak diperolehnya di tempat lain.

Allah tidak pernah meminta Jack bertanggung jawab ata pembunuh ayahnya. Allah yang akan mengurusnya. "Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan" (Roma 12:19). Tanggung jawab Jack adalah memiliki hati yang murni, penuh pengampunan terhadap orang lain, sehingga Allah pun mnegampuninya sepenuhnya. ***

---Edwin Louis Cole